Sabtu, 01 Februari 2020

Efek Akidah yang Shahih

Sesungguhnya yang mengetahui keadaan psikologis seluruh manusia adalah Penciptanya. Dengan Rahmat dan kasih sayangNya maka diturunkanlah Islam untuk mengatur setiap inci kehidupan.

Maka dapat diambil faidah bahwa baiknya peradaban suatu bangsa adalah tergantung kedekatan hubungan masyarakat dengan Tuhannya.

Jika mau berkaca pada sejarah, tidak ada yang bisa menandingi kesuksesan peradaban generasi terbaik,  yakni generasi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta para sahabatnya.

Mungkin pada saat itu teknologi tidaklah secanggih seperti sekarang ini, namun kemajuan teknologi bukanlah parameter kemajuan suatu peradaban. Peradaban bisa dikatakan maju ketika masyarakatnya beradab sehingga terciptalah keamanan, kenyamanan, ketentraman, dan kesejahteraan.

Kemajuan dalam bidang teknologi pada zaman sekarang bisa dikatakan sangat pesat, namun pernahkah merenungi ke mana kemajuan ini membawamu?
Ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya?

Contoh sederhana adalah smartphone, Katakanlah ia bisa mendekatkan yang jauh, namun nyatanya ia lebih banyak menjauhkan yang dekat. Alih-alih difungsikan untuk mengobati suatu kerinduan, namun justru malah merusak esensi kerinduan itu sendiri.
Sebab obat sejati suatu kerinduan adalah pertemuan secara nyata, bukan hanya ketikan kata ataupun pesan suara, tatap muka (lumayanlah), tapi itupun hanya dalam maya. Intinya adalah jika bisa bertemu usahakanlah untuk bertemu sebab smartphone hanyalah alat bantu ketika temu menjumpai jalan buntu.

Namun bukan berarti kita menolak akan perkembangan zaman yang kian modern.
Intinya adalah Jika pembangunan (yang sifatnya duniawi) tidak disertai dengan pembangunan Tarbiyah atau tuntunan agama.

Maka jangan heran pembangunan yang tercipta hasil dari buah pikiran tanpa aqidah yang shohih akan menghancurkan kehidupan itu sendiri.

Mulai dari orde lama menjadi Orde Baru dan Reformasi kemudian demokrasi semua teori yang telah dicoba Apa hasilnya?
Siapa yang menjadi korban? 
Masyarakat dari bangsa itu sendiri

Sungguh tidak akan ada sistem yang sempurna jika yang membuat sistem, pun tidak sempurna. Dan yang dapat menciptakan sistem secara sempurna adalah Dzat yang juga Maha Sempurna.

Sistem itu sebenarnya telah ada namun yang tidak ada adalah kepercayaan/Iman manusia terhadap sistem yang sudah dijanjikan, bahkan terhadap yang menciptakan sistem itu. Siapa?
Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Para Nabi adalah pahlawan sesungguhnya dalam peradaban manusia Sebab mereka itu membangun peradaban dimulai dari Pondasi yang paling utama yaitu Aqidah atau Tauhid.

Pandanglah kembali bagaimana Rasulullah membangun peradaban apa yang dibangun terlebih dahulu selama 10 tahun Mekah.
Beliau membangun asas terlebih dahulu bukan pembangunan infrastruktur, teknologi, ekonomi, dan sebagainya. Bukan. 

Hal itu terjadi sebab penanaman aqidah yang benar seandainya penduduk bumi ini bertaqwa niscaya Allah akan membuka pintu keberkahan dari langit dan bumi.

Negeri kita Indonesia itu adalah negeri yang kaya namun ke mana larinya?
Hilang.
Sebab dalam prosesnya banyak terjadi praktik-praktik yang dimurkai oleh Allah akhirnya meskipun modal berlimpah tetap tidak membawa berkah. Uang ada tapi berkah tak ada.

Solusinya adalah bangunlah pendidikan berdasarkan aqidah ekonomi berlandaskan aqidah kebijakan-kebijakan muncul berasaskan aqidah.

Tapi sekarang Coba lihat semua sistem tercipta jauh dari sistem yang ditawarkan syariat.

Pergaulan bebas antar remaja, sex bebas, hamil diluar nikah di mana-mana. Apa penyebabnya? Jauh dari syariat.

Setelah timbul masalah, barulah berpikir untuk menyelesaikan masalah. Perhatikanlah bagaimana jika manusia jauh dari aqidah, ia menciptakan solusi yang justru semakin menambah kemurkaan Allah.

Ada isu pelajaran jihad dihapuskan padahal justru jika jihad itu diajarkan Dengan pemahaman yang shohih ia akan terbentengi dari paham-paham radikalisme serta teroris.

Sebagaimana anak kecil ia harus diberi asupan gizi yang baik antibodi yang bagus untuk ketahanan tubuhnya begitupun dengan masyarakat maka mereka harus diberi asupan tauhid aqidah yang shohih yang di mana hal itu dapat membentengi syubhat-syubhat setan yang dimasukkan kepada orang-orang yang jahil mengenai agama.

Ketika aqidah di hati itu tipis, bahkan tidak ada, ia akan bertindak dengan tanpa rasa takut dan diawasi oleh Allah.
Akibatnya ia bertindak tanpa kontrol.


Catatan kajian bersama Ust. Dr. Ali Musri Semjan Putra, Lc., M.A
Semarang, 15 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar