(Ringksan buku Pribadi Hebat karya Buya Hamka)
Note : dengan penalaran pribadi
A. Pandangan Hidup
Tidaklah sama pandangan hidup seseorang dengan seorang lainnya, karena setiap orang memiliki kebiasaan, lingkungan, pergaulan, pendidikan dan pengalaman yang berbeda serta daya nalar yang berbeda pula, dimana kesemuanya itu akan membentuk sudut pandang dan pola pikir yang berbeda, bahkan orang yang kembar sekalipun.
Apa yang ia yakini tentulah benar dari segi pandangannya dan orang yang tak sependapat dengan dirinya dirasa kurang tepat menurutnya, itulah diantara sebab yang membuat jalan serta tujuan hidup setiap orang berbeda.
Bagaimana cara kita mengenal siapa diri dan pandangan hidup ? perlulah kita perhatikan hal-hal berikut.
Berterus terang
Orang yang bersikap terus terang akan merasakan ketenangan baik dalam berucap maupun dalam bertindak, karena apa yang ia katakan dan perbuat berasal dari tempat dimana bahagia dan sengsara tercipta yaitu hati. Ketika setiap kata mengalir seirama dengan hati dan perbuatan sejalan dengan kehendak hati maka ia adalah orang yang merdeka dan tidaklah dikatakan sengsara orang yang merdeka, melainkan ia bahagia. Sebaliknya ketika kata lain di mulut lain di hati serta perbuatan yang bersebrangan dengan kehendak hati, secara tidak langsung ia sudah memenjarakan hatinya pada jeruji hawa nafsu, maka sengsaralah ia.
Setiap orang memiliki hati kecil atau biasa di sebut hati nurani yang secara fitrah selalu mengajak pada kebaikan, maka dari itu orang yang berbuat keji sering disebut sebagai orang yang tidak mempunyai hati nurani, meski demikian bukan berarti orang yang berbuat keji itu benar-benar tidak mempunyai hati nurani, hanya saja nurani itu tertutupi oleh gelapnya hawa nafsu, sehingga cahaya nurani itu tidak nampak kepermukaan. Layaknya cuaca yang buruk akibat langit dirundung awan hitam sehingga sang surya seolah hilang padahal di balik awan itu ia tetap bersinar terang, dan jika situasi ini terus berlangsung maka sirnalah penghidupan, begitulah kondisi si pendusta yang mengingkari hati nuraninya sendiri.
Dengan berterus terang, orang akan mudah mengenal dirinya karena perilakunya berasal dari apa yang ia yakini dan keyakinan adalah keteguhan prinsip yang mencerminkan pribadinya.
Bertanggung jawab
Orang yang berani memikul tanggung jawab adalah orang yang memiliki kepercayaan pada kemampuan diri. Kemampuan berbanding lurus dengan tanggung jawab. Dalam suatu perusahaan kemampuan yang dimiliki seorang manajer lebih tinggi daripada karyawan biasa, maka dari itu tanggung jawab seorang manajer lebih berat dibanding tanggung jawab karyawan. Namun tentunya pangkat dan jabatan serta hal yang semacamnya adalah kewajiban yang harus di pikul bukan sesuatu yang harus dikejar lantas dibanggakan dengan pongah.
Orang yang tidak berani memikul tanggung jawab karena takut di cela adalah orang yang lemah, tidaklah orang takut akan bayang-bayang sendiri kecuali hanyalah orang yang lemah. Adapun dalam perjalanannya cela dan pujian adalah bumbu dalam kehidupan, maka pandai-pandailah meraciknya agar hasilnya berakhir dengan nikmat.
Jadikan jiwamu sebagai penuntun dalam melakukan tugas dan tanggung jawab, karena dalam jiwa yang pasrah dan bertujuan suci senantiasa muncul ilham sebagai petunjuk untukmu berbuat.
Selama yang kau lakukan mengacu kepada kebenaran dan kemuliaan maka janganlah ragu, jika ada cela terlontar karena kesalahan yang kau lakukan jadikanlah cela itu guru meski pahit, maka akan meningkatlah kualitasmu, jika ada cela yang terlontar karena kebencian ketahuliah itu bukan untuk menghadirkan kebencian serupa dalam dirimu, melainkan Allah datangkan pahala sabar atasmu jika engkau bersabar. Terjanglah setiap cela dengan keanggunan pribadimu.
Kesabaran
Kesabaran adalah penyempurna tanggung jawab. Perjalanan hidup tidak selamanya lurus, adakalanya ditemui jalan yang berliku bahkan berlubang, meski demikian keadaan yang buruk juga tidak akan selamanya singgah dalam kehidupan karena pada saatnya jua roda kehidupan akan mempertemukan kita kepada keadaan yang baik. Namun untuk tetap berada dalam poros kehidupan dibutuhkan kunci yakni kesabaran.
Kesabaran bukan berarti berlemah diri dari apa yag menimpa hidup dan tak berbuat apa-apa, melainkan tekun dan ulet dalam mendayung sampan kehidupan hingga tercapailah tujuan hidup yang dicita-citakan.
Berikut nasihat indah Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah ketika menuliskan keutamaan sabar (Ensiklopedi Ibnul Qayyim Al Jauziyyah): “Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan sabar sebagai kuda yang tidak akan jatuh tersungkur, pedang yang tidak akan tumpul, prajurit pemenang yang tidak terkalahkan, benteng yang kokoh yang tidak dapat dihancurkan dan tidak pula dapat dipecahkan. Ia dan kemenangan adalah saudara kandung; kemenangan selalu didapat dengan kesabaran, jalan keluar didapat dengan kesusahan, kesulitan beriring dengan kemudahan, dan ia lebih menolong pelakunya daripada sejumlah orang yang tidak memiliki persiapan dan tidak pula memiliki jumlah yang banyak. Posisinya dalam kemenangan bagaikan posisi kepala bagi tubuh”
Kesabaran tidak hanya berlaku pada orang yang sedang ditempa cobaan hidup, tetapi juga berlaku pada orang yang sedang berada pada puncak kejayaan. Jika pada orang yang susah kesabaran mengharuskan untuk tidak mengeluh terhadap keadaan yang ia terima, sedang pada orang yang berada pada puncak kejayaan kesabaran itu mengharuskannya untuk berbagi dan tidak jumawa dengan keadaanya.
Kemauan yang keras
Poin poin yang telah disampaikan diatas tidaklah berarti jika tiada yang namanya kemauan dan tekad untuk melakukan, karena bangsa indonesia sendiri tidaklah merdeka hanya karena pemikiran dan strategi yang brilian, melainkan di sokong dengan kemauan dan tekad bulat untuk mewujudkannya. Pelari dalam suatu kejuaraan tidak akan pernah menang jika tidak ada kemauan untuk berlari, jangankan menang mencapai finish pun di ragukan.
Kemauan yang keras tidaklah sirna hanya karena melakukan suatu kegagalan, justru dari kegagalan itu k emauannya untuk berjuang lebih dahsyat dari keadaan sebelumnya.
Sani Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar